ROBERT HENDRA GINTING, AP, M.Si

Monday 24 November 2008

Komentar Tokoh Dairi di Milis Dairi Satu Hati

Di Dairi etnis Pakpak semakin melemah, baik secara demografis, politis, maupun finansial. Peristiwa di Gedong Nasional kemarin menjadi refleksi dari kondisi tersebut. Hasan Ujung memukul Selamat Ujung, dua-duanya berkilah demi Pakpak, padahal sesungguhnya cuma demi kepentingan pribadi saja. Andai perjuangan mereka betul demi Pakpak --- atau bila lebih sempit demi Ujung saja sbg pemangku ulayat tanah Sidikalang --- pada putaran pertama seharusnya mereka mendukung the only Pakpak contending for bupati yaitu Victor Ujung. Nyatanya, Victor cuma parbuccut dari tujuh kandidat yang malah bikin malu orang Pakpak. Dua Ujung yang marsiantukan ini tak satupun yang mendukung Victor. Hasan Ujung cs, sejak awal adalah pendukung berat Joinpas. Ini bisa dimengerti, dan juga sah-sah saja, karena sejarah hubungan baik mereka yang panjang. Yang tidak fair adalah: Hasan Ujung cs mengklaim itu demi "penyelamatan Pakpak". Bah, diselamatkan dari apa dan dari kuasa jahat siapa? Setahuku, cuma Yesus yang juruselamat. Dan karena itu maka lahir sudah GKPPD. Perlu kita ketahui, orang Pakpak sesungguhnya baik-baik saja, malah sebenarnya better off. Kini etnis Pakpak punya kabupaten sendiri, Pakpak Bharat namanya, eks 3 kecamatan Dairi [Salak, Kerajaan, Sibande]. Di sini orang Pakpak betul-betul berdaulat pada semua stratanya. Sebagai bagian Dairi, 3 kecamatan ini dulu paling-paling mendapat anggaran Rp2 m per tahun. Kini APBD Pakpak Bharat tahun 2008 sudah lebih dari Rp200 m dan bakal terus bertambah. Apa tak sodap itu buat Pakpak? Memahami soal inilah dulu mengapa Tumanggor dan saya [dan masih banyak teman lain] merancang pemekaran Dairi pada tahun 2002. Saya dulu menjadi Ketua Tim Pemekaran di Jkt, sedang di Sdk ketuanya alm. Djauli Padang Bth. Pemekaran ini kami rekayasa secara politis, sehingga walaupun nilai calon kabupaten ini sebenarnya cuma dapat D, tapi kami berhasil memperjuangkannya di DPR-RI hingga lulus mendapat nilai C. Sejak UU Otonomi Daerah Tahun 2002 ada, kami sudah faham soal ini: ke depan sungguh berat [kalau bukan mustahil] buat orang Pakpak memenangkan pilkada di Dairi --- seperti sudah terbukti baru saja --- dan sesungguhnya itulah motivasi utama kami membentuk Pakpak Bharat. Jadi, Tumanggor akan menjadi bupati terakhir di Dairi yang orang Pakpak, setidaknya 25-30 tahun ke depan. Molo boi no 2 atau 3 atau no 5 syukur. Alai manang boha pe nga adong be benteng terakhir orang Pakpak yaitu Pakpak Bharat. Sekaligus saya mau kasih insight buat Hasudungan dan Sinar serta beberapa DSHers lain yang suka mengecam Tumanggor karena jalan Medan-Sdk jelek. Saya pun menderita karena itu, tapi pertama-tama harus diingat, jalan raya itu statusnya jalan negara, jadi bukan fully tgjwb Tumanggior soal kemulusan jalan itu. Dan lagi pula: itu bukan prioritas utama kebupatian Tumanggor. Buat kami orang Pakpak, dan ini akan dicatat sejarah, bersama Tumanggor kami punya Pakpak Bharat, dan bagi yang non-Pakpak, Dairi menjadi panggung terbuka, khususnya buat etnik Toba, Karo, dan Simalungun. Kembali ke Dairi, sekarang saya sendiri mendukung PADI karena dari dua finalis, mereka saya anggap [relatif] better thdp rivalnya --- selain karena kami hombar jabu sejak 1964:-) Saya banyak dikecam saudara-saudaraku yang orang Pakpak atas pilihan ini, kok kenapa mendukung yang orang Toba [Sinaga n Simanjuntak] . Saya jawab, mari belajar pada Amerika yang ikhlas memilih Obama, orang hitam bisa yang jadi presiden di negeri orang putih. Ini adalah permulaan peradaban baru buat dunia. Di Dairi, mari kita ikhlas memilih orang Toba [kalau kita yakin dia better] demikian pula memilih Karo, Simalungun, atau Jawa. Bila efek Obama --- majalah Newsweek minggu ini membahas The Obama Effect--- sudah mendunia maka suatu hari kelak sejarah Indonesia akan mencatat: ada orang Papua, orang Batak, atau orang Cina yang jadi Presiden Republik Indonesia. Bahwa minggu ini Ujung masih martopar sama Ujung di Sdk, biarlah itu menjadi kejadian terakhir, dan biarlah mereka [semoga] menjadi The Last of the Mohican. Let's move forward into the new civilization! Salam, Mr. Ethos JANSEN H. SINAMO - PT Spirit Mahardika - Pulogebang Permai G-11/12, Jakarta 13950 - M. 0811 940 709; T. 021-480 1514; F. 021-4800 429 E. jansensinamo@ cbn.net.id; W. www.institutmahardi ka.com

No comments :