ROBERT HENDRA GINTING, AP, M.Si

Thursday 11 June 2009

Politik Bawang Merah Birokrasi Bawang Putih

CERITA rakyat yang berjudul Bawang Merah dan Bawang Putih adalah sebuah pengajaran cerdas khususnya bagi masyarakat Indonesia. Bawang Putih yang piatu suatu hari memiliki ibu dan kakak tiri karena ayahnya menikah lagi. Sayang Ibu dan Saudara tirinya bersikap jahat padanya. Nah saudara tiri yang jahat itu namanya Bawang Merah. Alam pikiran kajiannya mirip-mirip itulah antara Politik dan Birokrasi. Makna Birokrasi dikutip dari terjemahan Wikipedia Bahasa Indonesia menyatakan birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy), yang artinya suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang.berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer. Dalam kamus Akademi Perancis tahun 1798, Birokrasi diartikan : "kekuasaan,pengaruh” dan para kepala dan star biro pemerintahan. Sedangkan menurut kamus bahasa Jerman edisi 1813, birokrasi di definisikan sebagai: "wewenang atau kekuasaan dari berbagai departemen pemerintahan.. Birokrasi sebagai suatu sistem organisasi formal dimunculkan pertama sekali oleh Max Weber pada tahun 1947, menurutnya birokrasi merupakan tipe ideal bagi semua organisasi formal. Ciri organisasi yang mengikuti sistem birokrasi ini cirri-cirinya adalah pembagian kerja dan spesialisasi, orientasi impersonal, kekuasaan hirarkis, peraturan-peraturan, karir yang panjang, dan efisiensi. Cita-cita utama dari sistem birokrasi adalah mencapai efisiensi kerja yang seoptimal mungkin. Menurut Weber organisasi birokrasi dapat digunakan sebagai pendekatan efektif untuk mengontrol pekerjaan manusia sehingga sampai pada sasarannya, karena organisasi birokrasi punya struktur yang jelas tentang kekuasaan clan orang yang punya kekuasaan mempunyai pengaruh sehingga dapat memberi perintah untuk mendistribusikan tugas kepada orang lain (Robert Denhard, ©2003 Digitized by USU digital library 2, 1984 : 26,32). Birokrasi memainkan peranan aktif di dalam proses politik di kebanyakan negara dan birokrasi menggunakan banyak aktifitas-aktifitas, diantaranya usaha-usaha paling penting berupa implementasi Undang-Undang, persiapan proposal legislatif, peraturan ekonomi, lisensi dalam perekonomian dan masalah-masalah profesional, dan membagi pelayanan kesejahteraan (Herbert M.Levine, 1.982: 241). Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani, menurut bahasa Yunani adalah apa yang diucapkan oleh Abraham Lincoln di Gettysburg, Pensylvania, Amerika Serikat tahun 1863 yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat Esensi demokrasi : rakyat memerintah atau melakukan pemerintahan oleh dirinya (government by the people) (majalah Koridor, 1994: 3,4), demokrasi mengandung dua dimensi kontes dan partisipasi yang menurut Robert Dahl merupakan hal menentukan bagi demokrasi. Demokrasi juga mengimplikasikan adanya kebebasan sipil dan politik yaitu kebebasan berbicara, menerbitkan, berkumpul dan berorganisasi, yang dibutuhkan bagi perdebatan politik dan pelaksanaan kampanye-kampanye pemilihan itu (Samuel P. Huntington, 1995 : 6). Sedangkan kata Politik merupakan proses pembentukan serta pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles), politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara, politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat, politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Hal ini terjadi karena suatu peraturan atau perundang-undangan yang berlaku terbentuk oleh penguasa yang memiliki kepentingan politis, yaitu menjaga kelanggengan tahtanya di kursi penguasa. Itulah sekilas pemahaman politik sebagai alas kajian membuka wawasan serta menempa alur pikir kita saat mengarahkan kajian ke dunia nyata yang bukan cerita teori dan teks book. Politik dan Birokrasi pada alam demokrasi Negara yang masih terbelakang dan menuju kehidupan demokrasi berkembang (belum maju) diumpamakan dua buah sisi mata uang yang berbeda gambarnya. Saling melengkapi dan bila berdiri sendiri ia tidak akan berharga dan tidak memiliki sebuah kekuatan apapun. Ketika Politik tak berdaya maka Birokrasi akan leluasa, demikian sebaliknya.Kenikmatan negative di gali tergantung besar kecilnya sang Politik maupun sang Birokrasi. Dibanyak lapisan masyarakat dan tingkatan pemerintahan, pemahaman sehari-hari politik diwakili oleh kata menang dan kalah. Tidak ada kata seri atau draw dalam ber-politik, pemaksaan kehendak menjadi pilihan utama mewujudkan cita meraih kekuasaan. Oleh karenanya di banyak waktu dan tempat, ketika sebuah proses politik di gelar, adik, abang, kakak, orangtua, sahabat, bahkan kucing pun banyak menjadi korban. Jangan heran, ketika ‘setan’ yang dinamakan politik itu muncul dihadapan kita, maka mulailah menghitung waktu dengan satu pertanyaan, kapan kita akan di korbankan untuk memenuhi dan menjaga marwah politik suatu Partai Politik atau mempertahankan kekuasaan symbol-simbol partai politik. Banyak symbol-simbol partai politik disekeliling kita, contoh mulai dari sebuah jabatan (apakah presiden, gubernur, bupati atau walikota), bendera, sarana prasarana dan partai itu sendiri. Jadi dalam sebuah proses politik yang tujuan utamanya tadi memperoleh kekuasaan tertinggi (sekarang atau nanti) janganlah terlalu percaya diri dengan orang-orang politik dan meneriakkan kalau kita berjasa atau kita sangat dibutuhkan sebuah symbol politik dan tidak mungkin disingkirkan, padahal jangankan dirinya, Partai Politiknyapun akan dikorbankan saat ini bila itu menjadi satu-satunya alternative meraih kekuasaan dimasa mendatang. Lihat jadi ada cerita koalisi, ada bargaining politik dan ada money politik. Bila mengambil contoh sebuah proses politik seperti pemilihan presiden misalnya. Beberapa waktu lalu di awal deklarasi capres dan cawapres, pasangan calon presiden terbuka mengumumkan kabinet bayangan atau susunan menteri-menteri yang menjadi bagian partainya. Jabatan menteri atau kepala dinas atau pejabat structural lainnya di pusat atau di daerah berada pada wilayah birokrasi dan sesungguhnya jauh dari kepentingan politik. Namun prakteknya sudah sama tergelar di panggung politik, antara birokrasi dan politik dijadikan anak kembar dan yang berbeda sang politik adalah kakak sementara birokrasi menjadi adiknya. Ilustrasi atau analogi antara kakak dan adik dengan mudah kita cerna dan pahami bagaimana konsepnya di lapangan atau di rumah tangga sehari-hari. Ini adalah sebahagian dari proses politik dan birokrasi menjadi sosok Bawang Putih, Politik menjadi Bawang Merah. Dibeberapa daerah, ketika gubernur yang didukung partai politik memenangkan partai Pilkada, jika dicermati secara seksama, banyak perubahan kabinet atau jabatan kepala dinas, kepala kantor atau pejabat direktur di perusahaan daerah. Penempatan SDM berupa mutasi acap kali menjadi kegiatan wajib setelah dirinya di lantik. Tidak jarang, proses itu lamban ketika para pendukungnya (partai politik, donator maupun tim sukses) tidak meminta uang pengganti yang telah mereka keluarkan sebagai wujud partisipasi saat kampanye, tetapi justru meminta jabatan untuk anak, cucu, saudara bahkan isterinya. Tidak jauh berbeda untuk penyusunan kabinet di Pemerintahan Pusat. Ketika Bawang Merah beraksi, maka Bawang Putih sepertinya akan terus tersiksa. Dianalogikan ke pemerintahan, yang menjadi korban sesungguhya adalah rakyat itu sendiri karena tingginya intensitas tekanan yang diterima birokrasi akan menyebabkan pelaku birokrasii “stress” dan akhirnya cuek akan tugas pokok dan fungsinya. Tetapi kita sering lupa, dalam alur cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, ada seorang Peri baik hati yang selalu menolong Bawang Putih. Inilah yang menjadi harapan Birokrasi sebagai tempat sandaran rakyat menggantungkan harapan dan masa depan mereka menjadi lebih baik dimasa mendatang. Kadang sang peri menegur Bawang Merah dan ujungnya mempermalukan bahkan menghancurkan Bawang Merah. Banyak contoh yang diberikan sang Peri, lihat saja kepala daerah dan kepala dinas yang masuk penjara karena melakoni peran Bawang Merah yang “terlalu”. Kecendrungan prilaku Bawang Merah di politisasi oleh lingkungan sekitar politikus. Bisa saja mereka (politikus) baik yang di jajaran legislative, eksekutif maupun diluar pemerintahan sadar akan peran yang mereka lakonkan namun sering juga prilaku dipengaruhi orang orang politik atau tim sukses pada saat demam kampanye digelar. Tim sukses atau para pelaku politik praktis inilah yang dominan membuat para politikus di legisltaif “memaksa” birokrat menjalani scenario sesuai keinginan politik yang dijalankan penguasa, saat itu. Menyikapi itu, orang bijak mengatakan bahwa kecerdasan logika (kognitif) atau yang seiring disebut dengan Kecerdasan Berfikir (Intelligence Quotient) bukanlah merupakan satu-satunya faktor penentu sukses tidaknya seseorang dalam menjalani hidup dijadikan indikator untuk memprediksi sukses tidaknya seseorang di masa depan. IQ yang telah menjadi suatu kriteria dari kecerdasan berfikir seseorang hanya menyumbangkan sedikit sekali bagi sukses tidaknya seseorang tersebut kelak. Ada faktor yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan IQ tersebut ia sebut sebagai EQ atau EI (Emotional Quotient atau Emotional Intelligence). Pengendalian emosi menjadi kunci keberhasilan dalam meraih hakekat keberhasilan. Selain itu ada suara hati atau Spiritual Question yang menjaid landasan berpikir seseorang untuk berbuat menjadi malaikat atau drakula bagi orang disekitarnya.

No comments :