HAKEKAT kebahagian diantaranya adalah ketika kita melihat orang yang dekat dengan kita atau yang kita sayangi bahagia. Demikian adanya saat diriku di tempat di Lembah Manglayang Jawa Barat tepatnya di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor. Sebanyak 4 Kelender dilewati dengan berbagai suka dan duka. Teringat awal ikut testing mengikuti seleksi STPDN, Syarat mendaftar NEM = 6,00 (minimal) dan STTB 7,00 (minimal) dari SD sampai SMA. Ada 850 orang yang melamar dari Sumatera Utara dan akhirnya 74 orang yang bernilai baik di terima di STPDN. Tanpa STPDN, aku tidak seperti ini, tanpa Senior aku tidak mungkin setegar ini, tanpa Junior aku tidak akan mampu memahami arti kasih sayang dan tanpa Rekan se-angkatan aku tidak mengenal jiwa senasib sepenanggungan. Tanpa ketiganya aku tidak munkin bisa menjadi PNS yang terus berupaya memiliki inovasi, dedikasi, kreasi dan kesetiaan bagi Negara dan Alumni sekolah Pamong Praja seperti APDN, STPDN maupun IPDN... Kini, satu demi satu Rekan mulai bertumbuh menampakkan warna bunganya, menampakkan buah yang dirindukan semua orang. Ada yang sudah menjadi Kepala Dinas atau Pejabat Setingkat Eselon 2 Seperti Marudut Situmorang,AP (Kepala Dinas Pariwisata), Herohwin Sinaga,AP (Kepala BAPPEDA), Syahdan Lubis (Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga) juga 2 orang lagi yang namanya lupa tetapi telah menduduki Jabatan Asisten Pemerintahan dan Kepala Dinas. Ada Junior yang menjadi Wakil Bupati Subang (Ojang) dan ada juga yang menjadi Camat, Kepala Bagian, Kepala Bidang dan Lurah.Semuanya itu dinikmati Alumni Sekolah Pamong Praja melalui titian dan perjuangan yang tentunya cukup melelahkan. Makna kebersamaan, korsa dan kecintaan yang melandasi diri berpikir bahwa seluruh Alumni adalah keluarga besar, harus tetap dijunjung tinggi. Birokrasi dan Politik yang lebih banyak bersandar kepada 'kejahatan' acapkalii meruntuhkan kesatuan Keluarga Besar itu melalui persaingan tidak sehat, saling menjatuhkan, saling sikut sikat dan yang lebih parah menjelma menjadi hantu penghianat yang menakutkan. Kecintaan Alumni sering ternoda saat arah pandang ke Pamongan berubag menjadi sebuah persaingan tidak sehat dan menjadikan alumni lainnya batu pijakan untuknya agar dapat melompat lebih tinggi di Birokrasi. Kehancuran dituai, namun tetaplah optimis dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa seiring tetap menyadari bahwa Roda itu berputar, tidak selamanya satu sisi harus terus diatas tetapi suatu masa harus di bawah agar semuanya dapat berjalan dengan baik...Siapa yang Peduli ?
No comments :
Post a Comment