Rangkaian proses Pesta Rakyat yang terbungkus dalam Pemilihan Umum 2004 telah berjalan dalam gerbong-gerbong demokratis yang katanya konsekwen. Hanya menunggu hitungan minggu, Dua kandidat pasangan Presiden kini bisa tebar senyum tunjuk pesona segalanya. Tentu semuanya itu melambangkan rasa kemenangan dan kehebatan yang penuh harapan bersambung. Pemilu yang dilaksanakan Negara penduduk besar seperti
Berkaca dari “sepak terjang” kandidat presiden dan wakilnya, paling tidak perlu lagi di “kunyah-kunyah” setiap kata dan prilaku kandidat yang selalu ingin tampak sebagai bahagian dari suatu masyarakat dan atau golongan tertentu. Banyak strategi dilakoni dan disajikan kepada publik untuk siapa serta dimanapun juga, dengan keinginan terbangunnya opini menguntungkan bagi mereka (kandidat presiden). Seperti pembentukan simpati terselubung oleh para kandidat dengan menggunakan media elektronik menumpang pada acara-acara rating tinggi. Kesibukan baru ini cita-citanya menguatkan kecintaan publik terhadap sosok diri sebagai Capres-Cawapres baik dan mencoba merajut benang suka bagi orang-orang bersebrangan dengan dirinya. Paling tidak masyarakat luas yang suka menonton acara-acara idola di berbagi media di ajak berpikir bahwa ia-pun (Capres) akan di kira sependapat-sepaham dan bahagian dari kesenangan penonton.
Hal ini sebenarnya bahagian dari rantai upaya penggalangan opini publik dan merupakan salah satu cara yang cukup efektif mencari perhatian simapti orang. Resumenya adalah seberapa besar kemampuan kandidat meyakinkan publik bahwa dirinya care terhadap mereka sebagai bahagian dari kesenangan masyarakat pecinta acara TV itu. Tentunya kiat sukses seperti ini sah-sah saaja karena masih melambangkan kerja kampanye damai. Cerita lain, upaya mencari simpati menggalang opini irama suka, katanya mudah dilakukan dengan kesibukan kunjung-kunjungan terhadap basis-basis pendidikan murni dan umum. Kemudian di tambah dengan besarnya semangat mengadakan lawatan-lawatan kepada tokoh-tokoh mumpuni dari berbagai aspek kehidupan. Tidak jauh berbeda dari maksud kegiatan sebelumnya, hanya ini mengharapkan “kesaktian” kharisma sosok para tokoh berpengaruh. Nantinya diharapkan akan muncul fatwa dukungan dari para tokoh yang mengikat kroni-kroninya untuk mengikuti petuah-petuah darinya. Inilah salah satu cara paling efektif menarik
Jika di telusuri lebih lanjut, memang walau seorang “public figure” mengeluarkan statement , tidak menjadi garansi pendukungnya akan sependapat. Salah satu penyebabnya adalah keengganan masyarakat untuk membohongi hati nurani dan kembali terpasung mengungkapkan aspirasinya. Sekarang, semuanya terletak dari seberapa besar kandidat presiden menumbuhkan kepercayaan publik bahwa dirinya adalah pilihan tepat bagi mereka. Kalau kepercayaan bisa terbangun ditengah-tengah masyarakat maka keberhasilan akan datang menjelang.Kardinal Gibbons dalam buku DR. Dale Carnegie yang berjudul Cara Mencapai Sukses Dalam Memperluas Pengruh dan Pandai Bicara, mengatakan : “Saya telah hidup selama delapan puluh empat tahun. Saya melihat , betapa beratus-ratus orang menaiki tangga sukses, dan menurut anggapan saya dari segala faktor dalam mencapai sukses, maka kepercayaanlah yang paling penting”.
Jika kita melihat, membaca dan menyaksikan lingkungan di sekitar, pada saat ini yang lagi “in” adalah berbicara Koalisi. Dalam terjemahan bebas, dapat di pahami bahwa koalisi merupakan tindakan penyatuan pandangan, emosi, serta kekuatan dengan kontrak-kontrak politik yang merupakan bahagian tidak terpisahkan. Kenapa ada koalisi ? Ini pertanyaan logis untuk di cari jawabannya. Bila berandai-andai atau mungkin sebenarnya, jika kandidat presiden dengan perolehan kursi DPR-RI sedikit memenangkan Pemilihan Presiden, maka dapat di prediksikan penyelenggaraan kebijakan pemerintah akan banyak terkoreksi dan kalau berlarut-larut akan menyebabkan jalannya pemerintahan lamban.
Tentu ini harus disikapi secara bijaksana oleh Presiden terpilih. Tapi ketakutan itu tidak akan beralaskan jika Presiden dan pembantunya berani tampil beda serta konsisten mewujudkan good and clear governance. Dengan demikian rakyat
No comments :
Post a Comment