
Pada perayaan HUT RI di Kecamatan Silima Pungga-Pungga, setelah acara pokok selesai childleaders dari Siswa SMPN Lae Pangaroan menunjukkan atraksi hebatnya menghibur dan membuat kagum 5.000 penonton. Tepuk tanganpun mengiringi langkah Bupati Dairi dan undangan lainnya saat menyumbangkan sejumlah uang kepada para childleaders. TP. PKK Kecamatan Silima Pungga-Pungga-pun tak mau ketinggalan tampil membawakan tari poco-poco di sambut Bupati Dairi yang tak mau ketinggalan berjoget poco-poco. Masyarakat yang terlihat menyemut di lapangan SMAN 1 Parongil-pun ikutan berjoget di tengah teriknya matahari. Keakraban dan kebersamaan yang ditunjukkan pelajar, masyarakat dan PNS di Kecamatan Silima Pungga-Pungga mengisyaratkan kepada kita pentingnya merenungkan diri bahwa kebersamaan, senasib sepenanggungan, kerelaan berkorban, kesatuan dan persatuan adalah modal utama yang dulu di miliki para pejuang dan pahlawan kesuma bangsa untuk meraih kemerdekaan dari penjajah. Saat ini modal itu diperlukan masyarakat Parongil, Masyarakat Dairi dan Masyarakat Indonesia untuk melawan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan bangsa kita. Perjuangan masa kini hanyalah untuk mewujudkan cita-cita menggapai kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat dan Bangsa Indonesia. Sekecil apapun yang kita lakukan untuk lingkungan maupun keluarga kita itu sudah sesuatu untuk menjawab pertanyaan : Apa yang sudah kita berikan untuk Indonesia. Lihatlah begitu semangatnya masyarakat di Kecamatan Tigalingga walau memakai sendal jepit dan kaos oblong, tanpa komando mereka langsung membentuk barisan khusus untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam perayaan Aubade Penurunan Bendera Merah Putih di lapangan SMA Negeri 1 Tigalingga. Jika kita pernah menonton nilai-nilai kepahlawanan yang ditunjukkan Jenderal Naga Bonar, ada banyak pelajaran penting yang dapat kita peroleh untuk mempertebal Nasionalisme kebangsaan. Satu diantaranya adalah perjuangan tanpa pamrih dan tidak mau mengorbankan kepentingan rakyatnya untuk dirinya. Kecintaan dan kebanggaan akan Indonesia tidak melihat warna kulit, suku, agama, ras dan status sosial. Setidaknya di era globalisasi ini,
Masyarakat Kecamatan Tigalingga Mengikuti Aubade di Tigalinggajika kita belum mampu berbuat dan memberikan sesuatu untuk Bangsa dan Negara, setidaknya kita tidak merusak tatanan kebangsaan yang telah diwariskan para Pahlawan Kesuma Bangsa kepada kita.(K-8).
No comments :
Post a Comment