ROBERT HENDRA GINTING, AP, M.Si

Sunday 10 August 2008

DR.MP.Tumanggor : TWI Belum Diresmikan

Pembangunan TWI digagas Bupati Dairi DR MP Tumanggor. Banyak orang heran sekaligus kagum, bagaimana lokasi yang tadinya hutan kecil di perbukitan dan lembah tersebut bisa 'disulap' menjadi tempat yang indah dan menakjubkan dengan bangunan-bangunan bernafaskan keagamaan. Sebagian orang menilai, ide pembangunan TWI tentunya lahir dari pemikiran cemerlang dan brilian.Hutan kecil agak terlantar dengan konstrur berbukit-bukit itu kemudian mulai dipoles. Pada 2001, TWI mulai dibangun dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama (waktu itu) Said Agil Husin Almunawar pada Februari 2001. Dikerjakan setahap demi setahap sesuai dengan ketersediaan dana yang lebih banyak mengandalkan bantuan dari donatur, akhirnya sekitar empat setengah tahun kemudian, persisnya Juli 2005 TWI dibuka untuk umum. Jadi, demikianlah bila pada Sabtu atau Minggu anda berkunjung ke TWI, hampir dapat dipastikan tempat itu begitu ramai dan padat pengunjung. Padahal sebenarnya, TWI belum diresmikan.Sementara itu diperoleh informasi, Bupati Dairi DR MP Tumanggor pada 16 Agustus mendatang di Istana Negara akan menerima penghargaan Prasamya Wirakarya dari Presiden SBY atas prestasi pembangunan lokasi wisata religi Taman Wisata Iman Sitinjo. Bupati yang ditanya wartawan baru-baru ini, membenarkan hal itu. "Rencananya memang begitu dan sebenarnya ini merupakan pengakuan atas TWI ini, "ujarnya. Sebenarnya pula, penganugerahan penghargaan itu juga membuktikan hasil kerja jajaran Pemkab Dairi dalam membangun dan mengelola TWI sudah diakui secara nasional. Tapi, tentu saja pembenahan dan perbaikan harus terus dilakukan. Apa yang kurang pada TWI? Barangkali tidak banyak. Salah satunya, perlunya penataan pedagang souvenir di kompleks TWI sehingga lebih sejuk dipandang mata dan menjadi nilai tambah tersendiri. Hal lain adalah perlunya terus ditanamkan 'kesadaran wisata' bagi masyarakat di sekitar TWI. Betapapun, keramahtamahan warga merupakan prasyarat untuk kemajuan suatu lokasi obyek wisata. Dalam konteks kepariwisataan Dairi, sewajarnya pula dipikirkan pengembangan ataupun penataan kota Sidikalang agar pengunjung dari TWI yang jumlahnya mencapai ribuan orang per minggu itu tertarik masuk dan singgah di Sidikalang. Sejauh ini, sedikit sekali pengunjung TWI masuk ke Sidikalang, mungkin karena merasa tak ada yang menarik dilihat. Lebih dari itu semua, persoalan masih rusak parahnnya jalan dari Tanah Karo (mulai dari Merek) hingga ke Sidikalang merupakan persoalan tersendiri dan sangat berpengaruh. Rusaknya infrastruktur jalan pasti jadi kendala dalam usaha kepariwisataan, di manapun itu. Wisatawan butuh jalan yang nyaman dilalui. Karenanya, pihak Pemkab Dairi tidak bisa tutup mata atas hal ini karena merupakan tugas semua pihak agar jalan negara itu bisa segera diperbaiki. Jika beberapa catatan kekurangan itu bisa tercapai, niscaya TWI akan menjadi milik dan kebangaan semua masyarakat, tidak hanya di Dairi tapi juga Sumatera Utara. Sumber SKH. SIB

1 comment :

Anonymous said...

Saya pribadi sudah pernah 2 kali ke TWI. Pertama waktu TWI masih 70% jadi dan terakhir 1 tahun yang lalu dan saya benar2 takjub dan merinding waktu saya melihat betapa indahnya TWI tersebut. Saya bangga atas terwujudnya pembangunan TWI oleh Bapak Bupati MP Tumanggor. Semoga nanti setelah turunnya Bapak Bupat Tumanggor dari jabatannya, TWI ini juga terus dilestarikan dan dikembangkan. Hidup Sidikalang! Hidup Pak Tumanggor!