Indonesia tanah air beta…pusaka abadi nan jaya…Indonesia sejak dulu kala, tetap dipuja-puja bangsa…Disana tempat lahir beta…dibuai dibesarkan bunda…tempat berlindung di hari tua…sampai akhir menutup mata…”
Itulah syair lagu perjuangan yang sering kita nyanyikan saat dibangku sekolah dasar.Lalu, dimana letak kebanggaan kita sebagai Bangsa Indonesia? Jawabnya singkat, yaitu kekeluargaan dari Sabang sampai Mearuke , beribu pulau dan suku bangsa yang menghuni
Perjuangan para Pahlawan Kusuma Bangsa, baik merebut maupun pmempertahankan kemerdekaan
Belajar dari budaya Minangkabau yang terkenal dengan pepatah atau pantun adatnya: “Kalauak paku kacang balimbiang, tampuruang lenggang-lenggangkan… lenggangkan taruih ke Saruaso. Anak dipangku kemanakan di bimbiang, urang kampuang dipatenggangkan, tenggang nagari jan binaso”
Makna yang terkandung berlaku bagi setiap orang minang agar kemanakan dibimbing hidupnya, dibekali dengan ilmu pendidikan berbasis teknologi, ditanamkan sejak kecil ajaran agama Islam, dibantu jika mengalami kesusahan. Anak dipangku, dengan memberikan nafkah dan kebutuhan hidup mereka , disamping dibekali dengan ilmu pengetahuan yang berguna. Disamping itu, orang kampungpun mesti diperhatikan, dibantu dan dipergauli sebagaimana layaknya menurut ajaran adat dan agama. Juga sangat diutamakan agar dijaga keutuhan nagari/kampung halaman sepanjang masa.
Belakar dari itu, Kabupaten Agam bagaimana? Banyak kerja yang diapungkan dan jika diamati muaranya untuk membentengi masyarakat Kabupaten Agam dari perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain dan diri sendiri. Wirid pengajian, kuliah tujuh menit (kultum), pemakaian busana muslimah, sholat dzuhur berjamaan, MTQ tingkat pejabat eselon II dan III; merupakan contoh upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan aparatur pemerintah Kabupaten Agam.
Kegiatan yang sama juga sudah ditularkan dalam dunia pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai pendidikan lanjutan. Berbeda memang penampilan Kabupaten Agam saat ini, kalau melongok ke sekolah-sekolah pasti terlihat yang wanita memakai jilbab, rok panjang hampir menyentuh tanah, dan tutur kata sopan santun dijunjung tinggi; yang pria memakai celana panjang tidak seperti dulu memakai celana pendek (TK-SLTP). Tidak cukup dengan pengetahuan umum, bersama dengan para guru penyandnag gelar pahlawan tanpa tanda jasa memberikan materi tambahan keagamaan misalnya tafsir Alquran dan menambah jam pelajaran agama bagi sekolah-sekolah umum.
Panjang cerita mengenai Kabupaten Agam, lalu kaitannya dengan Bom Bali ,
Membaca perumusan Kongres Islam
Di sisi lain selayaknya sebagai umat ataupun masyarakat yang berketuhanan wajib bersikap kritis –beroposisi loyal- terhada[ berbagai kemungkinan upay amerugikan masyarakat , negara dan bangsa
Dalam wacana keilmuan yang dipraktekkan Kabupaten Agam , mengutip istilah Prof.Nurcholish Madjid yaitu “Masyarakat Madani” sebagai representasi dari masyarakat Madinah yang diwariskan Nabi Muhammad SAW. Tidak ada salahnya kita belajar dari konsep masyarakat Madinah (Mitsagal Madinah) walaupun bangsa kita beraneka ragam suku, agama, ras, dan golongan.
Apa bukti Pemerintah Kabupaten Agam memiliki tekad menuju masyarakat Madinah? Mari kita coba melihat bagaimana sebenarnya Pemerintah Daerah memposisikan dirinya dengan bercermin kepada konsep Piagam Madinah seperti: mengapungkan wacana kebebasan beragama, persaudaraan antar agama, perdamaian dan kedamaian, persatuan, etika politik, menjunjung tinggi penghargaan hak dan kewajiban warga negara, serta konsisten terhadap penegakkan hukum berdasarkan kebenaran dan keadilan. Semua itu terangkun dalam visi Kabupaten Agam “Agam Mandiri Berprestai Yang Madani”. Pada sisi kemadanian yang bersandar kepada kekuatan Ilahi merupakan cita-cita ideal masyarakat Kabupaten Agam.
Menyimak visi Kabupaten Agam diatas, yang terlintas dalam pemikiran kita adalah pertanyaan lanjutan seperti: Apa bukti nyata yan bisa dilihat? Mari kita kaji apa yang sudah dibuat Kabupaten Agam. Permasalahan kebebasan beragama serta persaudaraan antar agama di Kabupaten Agam terbungkus rapi dan tersusun harmonis dalam praktek prilaku pemerintahan terhadap aparatur yang tidak beragama Islam.Perlakuan sama dalam proses pelayanan administrasi, pelayanan keamanan dan kenyamanan kerja serta hubungan atasan bawahan sama sekali tidak terlibat batasan-batasan kerja yang didasarkan pada agama tertentu.
Pokoknya seluruh pelayanan pemerintahan benar-benar menghormati Undang-Undang Dasar Negara Republik
Berbicara mengenai perantau, upaya persatuan yan digalang Pemerintah Kabupaten Agam dengan memfasilitasi pembentukan organisasi-organisasi perantauan di seluruh
Pada peringatan ‘alek’ nagari ataupun acara besar yang bersifat daerah atau kenegaraan, para perantau turut diundang dan dilibatkan dan susunan kepanitiaan kerja. Jelas keterlibatan pembangunan atas nama persatuan masyarakat Agam benar-benar sudah dilaksanakan dengan baik. Empat prioritas pembangunan daerah Kabupaten Agam yang sudah dimusyawarahkan bersama DPRD Agam juga menjadi bukti keseriusan Pemimpin Pemerintah Daerah Kabupaten Agam menuju masyarakat yang mandiri, berprestasi yang madani. Keempat prioritas itu adalah: Peningkatan kualitas SDM, Penegakkan supremasi hukum, Pembinaan politik dan aparatur pemerintahan, serta peningkatan ekonomi kerakyatan.
Dari uraian keseriusan Pemerintah Daerah Kabupaten Agam ini, mampukah Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Agam menciptakan generasi muda yang cerdas serta dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia pembawa damai berlandaskan kasih sayang sesama manusia? Jawabnya hanya satu, yaitu sanggupkah kita sebagai aparatur pemerintahan, orangtua, ninik makam, ulama, tokoh masyarakat dan generasi muda bergandengan tangan mewujudkannya.
No comments :
Post a Comment