Ketua TP. PKK Kabupaten Dairi – Ny.Hetty Tumanggor br.Sitinjak dan bertugas membacakan sejarah perjuangan kaum perempuan yang dulunya terbelenggu dari keterbelakangan kemudian berpikiran maju menentang kebodohan dan dan budaya-budaya yang memandang sebelah mata kaum perempuan. Peringatan hari ibu mengambil tema : “Dengan Semangat Hari Ibu ke-79 Kita Tingkatkan Persatuan, Etos Kerja dan Produktivitas Perempuan Untuk Mennggulangi Kemiskinan dan Ketertinggalan guna Mewujudkan Rakyat
Setelah Upacara Bendera selesai, dilanjutkan dengan penyematan bunga melati sekaligus pemberian ucapan selamat kepada kaum Ibu serta fotoo bersama. Tertarik untuk mengetahui makna hari ibu, Kirana mewawancarai seorang Ibu yang bernama Lovina Rosewita Pangaribuan (Isteri tercinta dari Drs.Parlemen Sinaga, MM – Kepala Badan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Dairi) dalam hal ini di sebut Ibu, berikut petikannya.
Kirana : Apa arti hari ibu yang ibu rasakan ?
Ibu : Hari ibu bukan saja berarti hari kebangkitan ibu atau kebangkitan perempuan, tetapi merupakan hari kemerdekaan seorang perempuan dari upaya-upaya prilaku pembodohan dan kekangan budaya yang menempatkan perempuan cukup di dapur saja.
Kirana : Apakah itu berarti kaum perempuan tidak boleh di dapur ?
Ibu : Bukan itu pemahamannya, maksudnya kalau dulu sosok seorang perempuan dipandang sebelah mata, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, tidak perlu pintar karena perempuan di serahi tugas dapur dan mengurusi anak-anak saja; namun sejak RA. Kartini mampu menghancurkan tradisi atau pandangan negatif terhadap kaum perempuan, sosok kaum perempuan dalam berbagai kegiatan dan kerja yang menuntut keilmuan dan profesionalisme tidak bisa dipandang sebelah mata oleh kaum pria. Lihat saja sekarang, banyak Presiden maupun Perdana Menteri Wanita, pimpinan perusahaan, menteri, anggota DPRD bahkan kepala desa-pun banyak yang perempuan.
Kirana : Bagaimana dengan kodrat seorang wanita sebagai ibu rumah tangga ?
Ibu : Tidak ada masalah, kodrat ibu yang melahirkan anak, menyusui dan sebagai ibu rumah tangga, namun kini pemahaman mendidik anak serta membina rumahtangga tidak hanya menjad urusan seorang perempuan tetapi peran itu dilakukan bersama bapak atau kaum pria dengan tetap memandang sosok pria adalah kepala keluarga dalam sebuah rumahtangga.
Kirana : Secara jujur, apakah ibu sependapat jika seorang Presiden, Gubernur atau Bupati dari kaum perempuan ?
Ibu : Mengapa tidak, dalam hal ini yang ditonjolkan adalah kepemimpinan, profesionalisme dan intelektualitas seorang perempuan. Jika saja seorang perempuan tidak teruji dengan indikator minimal yang tiga tadi, manalah mungkin dirinya terpilih menjadi Presiden, Gubernur atau bahkan kepala desa sekalipun.
Kirana : Jika kaum perempuan jadi pemimpin, berarti kaum pria kalah dong bu?
Ibu : Masalah intelektual dan profesionalisme tidak mengenal kalah atau menang karena ini bukan masalah pertandingan sepak bola atau tenis meja; sekarang terletak pada faktor kemampuan, kesempatan dan kepercayaan. Ketiga hal ini harus saling mendukung dan jika salah satunya tidak dimiliki kaum pria namun kaum perempuan memiliki kesemuanya, apa harus dipaksakan sosok pria yang tampil. Kalau demikian, kapan majunya bangsa kita.
Kirana : Jadi ibu setuju kalau orang-orang yang profesional yang memimpin kita ?
Ibu : Ya setuju dong, ditambah satu lagi, harus yang takut akan Tuhan.
Kirana : Terimakasih bu, semoga di Indonesia semakin banyak perempuan atau pria seperti yang ibu maksudkan tadi.
Di akhir peringatan hari ibu, hari anti korupsi se-dunia dan hari nusantara, peserta upacara di jamu dengan snack dan minuman ringan yang telah disiapkan Panitia. (K-8).
No comments :
Post a Comment